Karena itu, sikap hati-hati sebelum menikah itu mutlak diperlukan. Pada akhirnya kamu harus meyakinkan dirimu sendiri sebelum membuat keputusan. Untuk memudahkannya, utarakan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin mengganjal di pikiranmu berikut ini, ya!
1. Karena alasan mencintai seringkali mengganjal hati: “Apa yang membuatmu jatuh cinta padaku?”
kenapa kamu jatuh cinta sama aku? via www.londonpreweddingphotographer.co.uk
“Ya, pokoknya aku cinta sama kamu…”Percayalah, kamu berhak mendengar jawaban yang logis; pernyataan yang menegaskan kelebihan sekaligus kekuranganmu di matanya.
Mencintai bisa jadi hal paling egois yang sah dilakukan siapapun. Pasangan juga berhak mencintaimu atas apa yang kamu punya dan apa yang bisa kamu lakukan untuknya. Ketika dia mampu menyadari dan mengukur rasanya, dia tak akan mendampingimu dengan “buta” – tak akan tersesat atau hilang arah setelah menikah dan memilihmu sebagai pasangannya.
2. Pernikahan selayaknya hanya sekali seumur hidup: “Yakinkah kamu memilihku?”
yakinkah memilih aku yang menemani sisa umurmu? via www.dennisyap.com
3. Walau romantisme pacaran tak bisa sepenuhnya diulang: “Maukah kamu sekali-kali tetap memberi kejutan?”
maukah melakukan hal-hal romantis untukku? via theblossomtree.blogspot.com
“Selamat pagi…Terima kasih untukmu, yang sampai detik ini masih mau berdampingan denganku…”Tak ada pencapaian yang tak disertai usaha. Tak ada hubungan yang bahagia tanpa kalian yang mengusahakannya. Apakah kamu bersedia menjaga api cinta kalian agar tetap menyala dan menebar kehangatan? Jika iya, akankah pasanganmu pun akan melakukan hal yang sama?
4. Pernikahan bukanlah tujuan, tapi justru awal perjalanan: “Siapkah kamu belajar hal-hal baru dan bertumbuh bersamaku?”
siapkah kamu belajar dan tumbuh bersamaku? via rimadarwash.com
Bersamanya, kamu bisa mengabaikan haus, lapar, atau lelah yang terasa luar biasa. Yang pasti, kalian sudah menentukan tujuan bersama; mencapai puncak sebelum matahari pagi menyapa. Meskipun banyak suka duka yang akan kalian cerapi bersama, pasangan dan komitmen kalian memang layak diperjuangkan.
5. Karena hidup tak akan selalu mudah: “Beranikah kamu menghadapi masa-masa sulit itu bersama?”
siapkah menghadapi masa sulit bersama? via bridalmusings.com
Ada kalanya kamu menjadi sangat rapuh; meragukan pasangan yang selama ini sudah mendampingimu. Namun, seberat dan sehebat apapun keadaan menekan kalian, kamu dan pasanganmu selayaknya bisa kuat-kuat memegang janji suci yang dahulu pernah diucap.
6. Beda pendapat mungkin jadi hal yang biasa terjadi: “Tapi, setujukah kamu untuk berdebat dengan kepala dingin lalu mengakhirinya lewat kecupan hangat?”
setujukan untuk berdebat dengan kepala dingin bersamaku? via linenandsilk-weddings.com
7. Karena hidup menuntut keseimbangan antara keluarga dan karir: “Berjanjikah kamu menjadikan keluarga kecil kita yang utama?”
menjadikan keluarga sebagai yang utama? via greenweddingshoes.com
Keberadaan pasangan sepatutnya jadi pertimbangan utamamu setiap akan mengambil keputusan. Memilih pekerjaan baru, menentukan rencana studi, atau memulai bisnismu sendiri; banyak hal yang layak kamu tentukan atas pertimbangan pasangan. Lepas dari berbagai pencapaian pribadi yang bisa kamu raih, pasanganlah yang akan setia mendampingimu.
8. Menikah bukan hanya tentang dua orang, ada anak-anak yang kelak dilahirkan: “Sudahkah kamu siap menjadi ayah atau ibu yang baik bagi mereka?”
siapkah menjadi ayah atau ibu yang baik? via simply-creative-maybe.blogspot.com
9. Bosan adalah hal yang wajar: “Meski kita sudah lama bersama, relakah kamu sesekali mengatakan ‘aku mencintaimu’ tiba-tiba?”
katakan: aku masih mencintaimu via bridalmusings.com
Jika kelak kamu merasa bosan atau jenuh dengan pasanganmu, hal itu sah-sah saja. Tapi, bukan berarti kamu merelakan hubunganmu berubah hambar. ‘kan? Kamu dan pasanganmu selayaknya sama-sama bisa menjaga. Bukan dengan sekadar kata-kata manis, tapi juga perbuatan. Saat kamu berharap pasanganmu akan mengatakan “aku sayang kamu” sepulang kantor, tak ada salahnya kamu mengucapkan kalimat yang sama saat membangunkannya di pagi hari.
10. Sebuah hubungan sudah pasti ada naik turunnya: “Akankah kamu tetap bersemangat menjalaninya bersamaku?”
akan kamu semangat menjalani hidup bersamaku? via www.wedresearch.net
11. Setiap orang pasti akan mengalami fase ‘jatuh’: “Saat aku benar-benar lemah, maukah kamu menguatkanku?”
mendukung saat aku lemah? via www.wedresearch.net
12. Pernikahan tak harus mengubah jati dirimu:“Apakah kamu mau berjanji untuk tak mengkhianati cita-citamu?”
jangan pernah merelakan mimpimu via greenweddingshoes.com
Yang pasti, menyerah pada cita-cita dan mimpi justru menjadikanmu kehilangan jati diri. Sementara, kehilangan dirimu sama halnya melepaskan orang yang kamu cintai. Percayalah bahwa cita-cita dan mimpi yang kamu perjuangkan akan membawa kebaikan bagi dirimu dan pasanganmu.
13. Umur manusia tak pernah bisa diukur, tapi setidaknya setiap orang berhak mengusahakan umur yang panjang: “Apakah kamu akan rajin-rajin olahraga dan menjaga kesehatanmu?”
menjaga diri demi keluarga via juleswiegand.com
14. Kematian adalah rahasia yang Maha Kuasa: “Maukan kamu berusaha tetap bersamaku hingga kematianlah yang akhirnya memisahkan kita?”
pasangan menemani di akhir hidupmu via linenandsilk-weddings.com
15. Hidup selalu pantas diperjuangkan: “Jika aku yang meninggalkanmu lebih dulu, akankah kamu bersedia melanjutkan hidupmu?”
kehilangan tak menjadikan hidupmu selesai via libertypearlphotography.com
Tapi, saat kamu masih diberi kesempatan untuk hidup, kamu layak baik-baik menggunakannya. Meskipun keluarga kalian harus kehilangan satu anggota, kalian tetap sebuah keluarga. Ada kehidupan yang harus dilanjutkan, pun ada anak-anak yang tak layak diabaikan. Meskipun kehilangan sempat mengacaukanmu, kamu layak melanjutkan sisa hidupmu dengan bahagia.
Apakah pertanyaan-pertanyaan dalam artikel ini bisa dijawab pasanganmu? Jika iya, apakah setelahnya kamu akan lebih mantap membuat keputusan untuk menikah dengannya? Apapun itu, semoga kehidupan cintamu selalu berbahagia, ya!
0 komentar:
Posting Komentar